Rabu, 21 Januari 2015

Rp 70.000
Rp 56.000


Wajah Politik Muawiyah Bin Abu Sufyan

Bonus Langsung senilai Rp 125.000 "DVD FILM OMAR"




Detail
Judul  : Wajah Politik Muawiyah Bin Abu Sufyan
Penulis  : Hepi Andi Bastoni
Penerbit  : Pustaka al-Bustan
Isi : 298 Halaman
ISBN : 978-979-1324-076
Ukuran       : 13,5 x 20,5 cm

Sinopsis




Muawiyah dan Sejarah Konflik Sunni-Syiah
Muawiyah
bin Abu Sufyan adalah satu di antara ribuan sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling kontroversial. Muawiyah lahir dari kedua orangtua yang sebelumnya sangat memusuhi Islam, yaitu Abu Sufyan bin Harb dan Hindun binti Utbah. Sikapnya terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib, dianggap makar dan tergolong bughat (pemberontak). Tindakan Muawiyah mengangkat putranya Yazid sebagai khalifah, dituding telah menciptakan sistem baru yang tak pernah ada sebelumnya.
Di sisi lain, jasa Muawiyah tak bisa dipungkiri. Pencatat wahyu ini tak hanya mampu mengakhiri konflik antar kaum Muslimin di masanya, tapi juga berhasil menancapkan pondasi sebuah dinasti yang telah memberikan begitu besar jasanya bagi dunia Islam: Dinasti Umayyah.
Maka, sosok Muawiyah pun mendapat banyak sorotan. Di satu sisi, ada yang membencinya habis-habisan. Berbagai julukan ditabalkan. Ia disebut licik, culas, musang berbulu domba dan pengkhianat!
Di satu pihak, kita justru menemukan banyak ‘nash’ tentang keutamaan Muawiyah sahabat Nabi SAW ini. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tentara dari umatku yang mula-mula berperang mengarungi lautan sudah pasti mendapat surga,” (HR Bukhari dan Muslim). Dan, Muawiyah adalah pemimpin armada angkatan laut umat Islam pertama di masa pemerintahan Utsman bin Affan.
Ketika mengangkatnya sebagai gubernur Syam, Umar bin Khaththab berkata, “Janganlah kalian menyebut Muawiyah kecuali dengan kebaikan.”
Saat ditanya tentang mana yang lebih utama antara Muawiyah dan Umar bin Abdul Aziz, Abdullah bin Mubarak menjawab, “Demi Allah, debu yang berada di lubang hidung Muawiyah karena berjihad bersama Rasulullah saw, lebih baik daripada Umar bin Abdul Aziz!”
Nah, buku ini menguak kontroversi itu yang dianggap akar sejarah konflik antara sunni dan syiah.
Resensi Buku Wajah Poliktik Muawiyah bin Abu Sufyan
Mengapa sosok Muawiyah ini menarik untuk dibahas? Paling tidak ada tiga alasan. Pertama, dalam bentangan sejarah Islam, Muawiyah bin Abu Sufyan merupakan tokoh yang lahir dari kedua orang yang ditokohkan juga: Abu Sufyan bin Harb dan Hindun binti Utbah. Ini yang membuat nama Muawiyah melejit dalam kajian sejarah Islam. Apalagi kedua orangtuanya terbilang tokoh yang begitu gigih memerangi Nabi saw sebelum keduanya masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah.
Kedua, tak ada yang bisa mengelak, jasa Muawiyah bin Abu Sufyan bagi peradaban Islam begitu besar. Ia tak hanya mampu mengakhiri berbagai konflik yang terus bergelora antar kaum Muslimin di masanya, tapi juga berhasil menancapkan pondasi bangunan peradaban Islam. Dialah peletak dasar Daulah Umayah. Sebuah dinasti yang telah memberikan begitu besar jasanya bagi dunia Islam.
Ketiga, ketika membincangkan sosok Muawiyah, kita akan menemukan perseteruan dua kelompok—sebagian dari kalangan Sunni dan Syiah—yang begitu tajam. Di satu pihak, mereka begitu mengagungkan Muawiyah, dan di satu sisi ada yang membencinya habis-habisan sembari melontarkan makian yang amat berlebihan. Ironisnya, kebencian sebagian kalangan terhadap Muawiyah benar-benar tak terbendung. Bahkan, pada sebagian buku sejarah yang menjadi rujukan anak-anak sekolah, kita menemukan betapa para penulis ikut terjebak untuk menjuluki Muawiyah dengan juluk-julukan yang amat jauh dari akhlak Islam. Mereka menyebut Muawiyah sebagai orang yang licik, culas, musang berbulu domba dan lainnya.
Dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam karangan Prof H Chatibul Umam dan Drs Abidin Nawawi , disebutkan, “Muawiyah bin Abu Sufyan sudah terkenal siasat dan tipu muslihatnya yang licik, dia adalah kepala angkatan perang yang mula-mula mengatur angkatan laut, dan ia pernah dijadikan sebagai amir “Al-Bahar”. Pada paragraf di halaman selanjutnya, penyusun buku ini menambahkan, “Muawiyah bin Abi Sufyan dalam membangun daulah Bani Umayyah menggunakan politik licik dan tipu daya, meskipun pekerjaan itu bertentangan dengan ajaran Islam. Ia tidak gentar melakukan kejahatan. Pembunuhan adalah cara biasa, asal maksud dan tujuannya tercapai.”
Untuk menutup pemaparannya tentang sosok Muawiyah, penyusun buku tersebut menyimpulkan, “Jadi tidak salah kalau ada yang mengatakan bahwa siasat Muawiyah dalam mendirikan daulahnya dengan cara “tipu muslihat, ketajaman pedang dan siasat licik.”  Demikian sebagian penggambaran tentang sosok Muawiyah.
Terlepas dari segala perdebatan itu, khususnya tentang sosok Muawiyah bin Abi Sufyan, hal yang harus kita sepakati adalah para shahabat Nabi semuanya shalih, dan haram bagi kita mencaci maki mereka. Bahkan, banyak di antara mereka yang dipastikan masuk surga, sejak masih hidup. Misalnya, keempat khalifah Rasulullah saw yaitu Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Selain itu ada juga 10 shahabat yang dijanjikan surga.
Dalam al-Qur’аn, Allah SWT menyanjung para shahabat Nabi tanpa terkecuali. Allah ridha kepada mereka dan mereka juga ridha kepada Allah. “Allah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya),” (QS al-Fath: 18).
Nah, buku ini hadir untuk mendudukkan masalah sebenarnya. Bagaimana seharusnya kita menyikapi sahabat Nabi saw ini? Lalu, apa saja kiprah Muawiyah bagi Islam dan kaum Muslimin. Bagaimana peran politik pencatat wahyu di masa Nabi ini sebenarnya? Benarkah ia pemberontak atau mujahid?

0 komentar:

Posting Komentar