Rabu, 30 Maret 2016





Rp40.000
Rp 33.000

Membongkar Kedok Liberalisme di Indonesia

Study Kritis Pemikiran Sekularisme, Pluralisme & Liberalisme




Detail
Judul  : Membongkar Kedok Liberalisme di Indonesia
Penulis  : Qosim Nursheha Dzulhadi
Penerbit     : Cakrawala 
Isi : -
ISBN : 978-602-205-0117
Ukuran : 14 x 21 cm

Sinopsis



Jika kita cermati, gema serta gaung Liberalisme di Indonesia memiliki frekuensi yang kurang lebih sama dengan yang terdengar di sumbernya. Pembebekan serta pengadopsian prinsip serta ajaran Barat sudah pada taraf yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh akal: sempurna, bahkan berlebihan. Saat Nurkholis Madjid (Cak Nur) melakukan “peletakan batu pertama” Sekularisme dan Liberalisme pada 3 Januari 1970, wacana tersebut terus bergulir hingga sekarang; masa dimana konsep Barat dipeluk, syariat Islam dicampakkan secara masif.

Bagi Cak Nur, gerakan pembaruan pemikiran Islam tidak bisa tidak, mesti dimulai dari menumbuhkan sikap liberal dalam menafsirkan ajaran Islam, karena itu diperlukan liberalisasi pandangan terhadap ajaran Islam. Pandangannya yang menjadi elan vital serta menginspirasi gerakan sekularisasi dan liberalisasi menjadi bola panas yang terus menggelinding hingga kini, memunculkan gelombang perlawanan serta kritisisme.

Buku “Membongkar Kedok Liberalisme di Indonesia: Studi Kritis Pemikiran Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme” merupakan salah satu hasil kerja keras  tiada henti dari seorang cendekiawan Muslim yang masih peduli terhadap keberlangsungan ajaran Islam serta keselamatan aqidah umat Islam di Indonesia dari serangan pemikiran-pemikiran yang sesat lagi menyesatkan. Menentang arus sekularisasi dan liberalisasi ibarat perlawanan Daud terhadap Jalut. Daud bertubuh kecil dan Jalut bertubuh raksasa. Namun dengan berbekal ketapel, Daud berhasil memenangkan pertempuran.

Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Khalif Muammar yang memberikan pengantar dalam buku ini, bahwa wacana yang menentang arus sekularisasi dan liberalisasi akan terpinggirkan. Namun, seseorang yang berpikir cerdas akan mengerti bahwa kebenaran tidak ditentukan oleh siapa yang di atas, ia harus tumbuh dari kesadaran diri dan hati nurani yang suci. Dan hati nurani yang suci pada saatnya nanti akan memenangkan pertempuran melawan akal yang sesat.

Ditulis dengan gaya bahasa yang memikat serta ilmiah, buku setebal 248 halaman ini menyajikan rangkaian fakta, data, serta analisa yang menunjukkan ketinggian ilmu dan wacana penulisnya, Qosim Nursheha Dzulhadi. Penulis yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar Cairo dan ISID Gontor ini memberikan tanggapan serta ulasan yang komprehensif dan bernas terhadap wacana Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme yang mengepung umat Islam Indonesia dari berbagai arah. Pembaca diajak untuk berpikir analitis-kritis terhadap wacana-wacana tersebut.

Penguasaan Qosim Nursheha terhadap turats bisa dikatakan menjadi nilai lebih bagi tulisan-tulisannya. Merujuk kepada sumber primer semacam turats mampu memberikan pukulan telak bagi kaum liberal yang seringkali membajak turats untuk membangun legitimasi atas argumen-argumen mereka yang sejatinya bersifat destruktif.

Buku yang merupakan kumpulan tulisan Qosim Nursheha yang terserak di berbagai media nasional  – cetak maupun online – mulai tahun 2004 hingga 2012 ini mendapat apresiasi dari sejumlah cendekiawan Muslim berpengaruh di tanah air semacam Dr. Khalif Muammar, Dr. Syamsuddin Arif, Dr. Daud Rasyid dan Henri Shalahuddin. Salah satu tulisan Qosim Nursheha yang berjudul Ahmadiyah Dibela, Islam Dihujat bahkan mendapatkan tanggapan serius dari Saipul Mujani yang menuangkannya di Koran Tempo. Hal ini membuktikan bahwa tulisan Qosim Nursheha memang istimewa dan argumentatif.

Selamat Membaca!

0 komentar:

Posting Komentar